Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Siapa yang tidak suka dengan kopi. Salah satu minuman ini begitu digemari pria maupun wanita. Bukan hanya aromanya yang tajam dan menggoda, namun kopi sering kali menjadi minuman peredam kantuk sekaligus penambah energi. Jika dikonsumsi dalam jumlah tepat, kopi memiliki manfaat baik bagi kesehatan tubuh. Berikut beberapa manfaat sehat yang bisa didapat dari secangkir kopi:

(1) Bagi seorang wanita, mengonsumsi kopi pada pagi hari menurunkan risiko depresi. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh peneliti dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa risiko depresi 20 persen lebih rendah pada wanita peminum kopi.

(2) Aroma kopi bisa membangunkan kita dari tidur. Hasil sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Seoul National University 2008 lalu telah membuktikannya.

(3) Bisa mengatasi disfungsi ereksi. Jika Anda adalah seorang pria peminum kopi setara 2–3 cangkir setiap hari, ada kabar baik bagi Anda. Pria yang meminum kopi antara 85–170 mg kafein per hari, 42 persen lebih rendah terkena disfungsi ereksi.

(4) Minumlah kopi sekitar pukul 10.00 pagi. Meminum kopi sesaat setelah bangun tidur memang tidak masalah, tetapi lebih baik kita menunggu beberapa saat setelah kadar kortisol, yaitu hormon yang berhubungan dengan stres, benar-benar turun.

(5) Kopi menurunkan risiko penyakit alzheimer. Orang yang minum 3-5 cangkir kopi sehari memiliki risiko alzheimer 20 persen lebih kecil dibanding yang tidak, begitu hasil penelitian 2014 Alzheimer Europe Annual Congress.

(6) Kopi sebagai penambah stamina. “Studi menunjukkan bahwa kafein dalam kopi dapat meningkatkan ketahanan fisik dan stamina,” ujar Molly Kimball, pakar diet di New Orleans, kepada Shape.com.



Sumber: http://health.kompas.com/read/2015/06/12/083000923/6.Fakta.Sehat.Tentang.Kopi
Kita tidak boleh berhenti bermain karena tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada empat rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tidak menyadarinya. Sungguh, jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Bila kamu berumur Sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama setahun, tidak melakukan apa-apa, kamu akan tetap berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama setahun dan tidak melakukan apa-apa, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan tahun. Setiap orang pasti menjadi tua. Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tetapi berbeda dengan menjadi dewasa. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan. Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Bahwa, tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.

sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan
sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda
sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan
sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan
sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang
sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan
sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.






Sumber:alkisaah.blogspot.com

SESAMA MUSLIM DILARANG MEMAKI

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص م  قَالَ : الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُوْمِ (رواه مسلم

Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Dua orang yang saling memaki, itu adalah sesuai dengan yang diucapkan masing-masing, maka dosanya di atas orang yang memulai, selama yang dimaki-maki tidak membalas berlebihan”. (H.R Muslim)

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tersebut menjelaskan tentang perilaku dua orang yang saling memaki. Maka orang yang memulai itulah yang akan menanggung dosanya, selagi seorang lagi (yang dimaki) tidak membalas dengan makian juga dengan berlebihan. Namun, berdasar hadits tersebut, orang yang dimaki-maki itu boleh membalas, asalkan dan tetapi dilarang melampaui batas. Orang yang memaki sama artinya telah mendholimi atau menganiaya orang lain, dan ini sikap yang sangat buruk dan sudah semestinya harus dihindari. Memaki-maki, menganiaya orang lain itu bisa merusak citra serta kehormatan orang lain.

Perbuatan yang semestinya dihindari, namun bagaimana jika suatu ketika kita menjadi orang yang dimaki atau tengah dimaki orang lain? Lalu apakah kita diperbolehkan membalas makian tersebut? Jika berdasarkan hadits tersebut di atas, boleh tapi dilarang melampaui batas. Bentuk balasan yang masih diperbolehkan, misalnya: Bila ada orang yang memaki: “Kenapa kamu lakukan itu dengan ceroboh? Apa kamu tidak punya akal, dasar bodoh!” Lalu yang dimaki membalas, “yang salah itu saya atau Anda?”. Nah, balasan semacam itu masih diperbolehkan, sebab kata-kata serta nadanya tidak berlebihan atau tidak melebihi orang yang memaki.

Orang yang memaki terlebih dahulu itulah yang akan terkena dosa, dikarenakan dia yang memulai dan membuka peluang untuk terjadinya pertengkaran. Tapi ini menurut hadits di atas tadi, yaitu kalau orang yang dimaki tidak membalasnya dengan makian yang berlebihan, yakni makian melebihi makian orang pertama. Memang, suatu penganiayan yang dilakukan seseorang tidak boleh ditandingi dengan hal-hal semacamnya. Tidak boleh umpatan ditandingi dengan umpatan, makian ditandingi dengan makian pula dan sebagainya.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

اِنِ امْرُءٌ عَيَّرَكَ بِمَا فِيْكَ فَلَا تُعَيِّرُهُ بِمَا فِيْهِ (رواه احمد

Artinya: “ Jikalau ada sesorang mencelamu dengan suatu aib yang ada di dalam dirimu, maka janganlah mencelanya dengan menunjukkan suatu aib yang ada di dalam diri orang tersebut”. (H.R Ahmad)

Jadi, orang yang dimaki jangan mencela kembali dengan makian yang serupa, tapi dibalas dengan yang lebih halus dan bijaksana. Kemudian disebutkan pula dalam hadits Nabi:

خَيْرُ بَنِى اَدَمَ البَطِئُ الغَضَبِ السَّرِيْعُ الْفَيْئِ وَشَرُّهُمْ السَّرِيْعُ الْغَضَبِ الْبَطِئُ الْفَيْئِ  (رواه الترمذى

Artinya:” Anak Adam yang paling baik adalah yang lambat (tidak segera) marah dan yang segera reda marahnya, sedangkan yang terjelek itulah yang segera marah dan lambat reda marahnya”. (H.R At Tirmizi)

Oleh karena itu, hindarilah caci maki, ejek mengejek, cela mencela, hina menghina sesame kawan, sesame saudara, terlebih lagi sesama muslim. Andaikan ada orang yang memaki-maki, diusahakan agar tidak membalasnya dan menghindar dari orang tersebut. Tetapi jika dalam keadaan terpaksa, boleh kita membalas makiannya atau ejekannya dengan tidak berlebihan.

Demikian, semoga Allah SWT selalu menjaga kita semua, sesama saudara, sesama mukmin, sesama muslim, dan seluruhnya, sehingga akan tercipta kondisi saling menghargai dan memahami dan terciptanya kerukunan di dunia ini. Amiin.

قُلْ يَعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَ فُوْا عَلَى اَنْفُسِهِمْ  لَاتَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ  اِنَّ االلهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا  اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الَّرحِيْمُ (الزمر:53)
Artinya: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Az Zumar ; 53)

Ayat tersebut menjelaskan tentang orang yang banyak melakukan kesalahan, kemudian Allah memberikan harapan agar supaya mereka tidak berputus asa dari rahmat Allah. Dikarenakan Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Menurut Ibnu Abbas, tentang turunnya ayat dari surat Az Zumar ayat 53 tersebut, dijelaskan bahwa suatu ketika penduduk Mekah berkata: “Muhammad telah menyatakan bahwa orang-orang yang menyembah berhala dan banyak membunuh orang tidak akan mendapat ampunan Allah. Apa gunanya kita berhijrah dan masuk Islam?”. Lalu turunlah ayat ini, yang member ketegasan bahwa janganlah berputus asa terhadap ampunan, rahmat dan kasih sayang Allah. Karena Dia akan mengampuni semua kesalahan hamba-hambaNya, bagaimanapun besar dan banyaknya kesalahan itu bila mereka mau bertaubat.

Allah SWT telah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk memberitakan kepada orang-orang mukmin yang telah melampaui batas terhadap dirinya sendiri, (yakni mereka yang melanggar aturan-aturan Allah, melakukan hal-hal yang diharamkan dan meninggalkan perintahNya), agar mereka tidak berputus asa dari rahmat Allah. Janji tersebut diungkapkan melalui firman-Nya:

لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ

Artinya: “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah”

Orang yang melakukan kesalahan lalu menyesali perbuatannya dan bertaubat, maka Allah akan mengampuninya, sesuai dengan firmanNya pada surat Al Furqan ayat 70:

اِلَّا مَنْ تَابَ وَاَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُوْالئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّاَتِهِمْ حَسَنَتٍ, وَكَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَحِيْمًا (الفرقن:70)

Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh, maka kejahatan mereka itu diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al Furqan : 70)

Pada ayat lain Allah SWT juga berfirman:

اَلَمْ يَعْلَمُوآ  اَنَّ اللهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ ....(التوبة:104)

Artinya: “Tiadakah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya…” (Q.S Qt Taubah : 104)

Juga lebih ditegaskan lagi dalam firman Allah SWT pada surat An Nisa’ ayat 110 :

وَمَنْ يَّعْمَلْ سُوْءً  اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا  (النساء : 110)

Artinya: “ Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudan ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S An Nisa’ : 110)

Selain daripada itu, mari kita juga simak hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Amr bin Ash RA, berkata : Ada seorang laki-laki yang sudah sangat tua datang kepada Nabi SAW. Dia berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan berbagai pengkhianatan dan kedurjanaan. Maka mungkinkah aku diampuni?” Sabda Rasulullah saw, Bukankah kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah? Maka orang tua ituun berkata: Tentu, dan aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah. Maka sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya telah diampuni pengkhianatan-pengkhianatanmu dan kedurjanaan-kedurjanaanmu’.

Taubat menurut arti aslinya adalah “kembali”. Maka orang yang bertaubat berarti “orang yang kembali”, sebab orang yang berdosa itu telah berpaling dari jalan Allah SWT, kemudian kembali ke jalan yang lurus. Dengan kata lain taubat adalah “memohon ampun kepada Allah SWT”.

Taubat kepada Allah harus disertai dengan niat yang ikhlas, penuh kesadaran serta berkeyakinan dalam hati bahwa Allah akan mengampuni dosanya, kemudian mengiringinya dengan amal shaleh. Diantara ulama’ ada yang mengemukakan tentang tata cara bertaubat, sebagai berikut:
·  Segera menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya
·  Berniat dan berjanji dengan sepenuh hati, tidak akan mengulangi kembali perbuatan dosanya itu
·  Memohon ampun dengan cara memperbanyak bacaan istighfar, berdzikir, serta berdo’a dengan do’a-do’a khusus yang ada hubungannya dengan masalah pengampunan
·  Mengiringinya dengan amal shaleh, yakni memperbanyak amal shaleh (berbuat baik) setelah bertaubat.

Rahmat dan ampunan Allah terhadap pelaku dosa tidak hanya terbatas pada pelaku dosa kecil saja, namun termasuk dosa besar, asalkan ia mau bertaubat.

Oleh karena itu, setelah Allah melarang umat-Nya berputus asa dari rahmat-Nya, lalu memberitahukan kepada mereka  sesuatu yang dapat menentramkan hatinya, yang mencegah dan menghilangkan rasa putus asa, sehingga keputusan itu dapat diganti dengan harapan, dengan sesuatu yang dapat menghilangkan keraguan apakah taubatnya itu diterima atau tidak. Sesuatu yang dapat menentramkan jiwa mereka adalah kelanjutan firman Allah di atas:

اِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya ….”

Dengan janji Allah seperti itu, mereka memiliki rasa optimis dan merasa kehidupannya masih mempunyai arti. Semangatnya bangkit kembali karena hatinya merasa tentram. Maha Besar Allah yang tidak menganggap besar suatu dosa dan tidak kikir dengan ampunan dan rahmatNya asalkan mereka menghadapkan jiwa kepada Allah dan memohon ampunan-Nya dan kembali kepada-Nya. Ayat di atas ditutup dengan penegasan-Nya:

اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الَّرَحِيْمُ

Artinya: “Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Penegasan ini semakin member keyakinan bahwa apa yang telah mereka lakukan, pasti akan mendapat ampunan dari-Nya karena Dialah yang dapat mengampuni segala dosa dan Dialah  yang Maha Penyayang.

Oleh karena itu, hendaknya ayat ini dijadikan rujukan oleh orang yang ingin kembali ke jalan yang lurus, jalan yang diridhai Tuhan. Taubat adalah perbuatan yang sangat terpuji. Tidak ada kata “terlanjur” bagi orang yang telah berbuat dosa pintu taubat selalu terbuka. Terhadap dosa syirik, Allah mengingatkannya dengan keras, seperti dinyatakan dalam surat An Nisa’ ayat 48:

اِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَّشآءُ (النساء:48)

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya ….”(Q.S An Nisa’:48).

Karena itu, JAUHILAH perbuatan SYIRIK!.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْئٍ مِّنَ اْلخَوْفِ وَاْلجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلاَمْوَالِ وَاْلاَنْفُسِ وَالثَّمَرَتِ, وَبَشِّرِ الصَّبِرِيْنَ. الَّذِيْنَ اِذَآاَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ, قَالُوْآ اِنَّا لِلهِ وَاِنَّا اِلَيْهِ رَجِعُوْنَ. اُوْلَئكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحَمَةٌ, وَاُوْلَئكَ هُمُ اْلمُهْتَدُوْنَ.

 Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. Al Baqarah, 155-157)

Secara umum ayat ini mengemukakan adanya cobaan yang akan menimpa diri manusia, terutama orang yang beriman. Setelah itu Allah memberikan jalan keluarnya kepada orang yang ingin mendapat petunjukNya, berupa keberkahan yang sempurna dan rahmatNya.

Secara khusus ayat tersebut berkaitan dengan para sahabat Nabi. Mereka dalam mengamalkan dan menyiarkan Islam banyak mendapat tekanan dan rintangan, baik yang bersifat fisik maupun mental. Cobaan dan rintangan datang silih berganti dalam berbagai keadaan. Orang-orang kafir quraisy mengancam Nabi dan para sahabat terus menerus, begitu juga Yahudi dan orang-orang munafik yang menggerogoti dari dalam. Semua itu adalah cobaan dari Allah semata.

Namun demikian, ayat ini juga berlaku untuk semua manusia dari segala zaman. Dalam menghidupi hidup ini segala macam cobaan akan datang silih berganti, lebih-lebih bagi para penegak kebenaran. Tapi yakinilah bahwa semuanya itu aan dapat diatasi dengan baik bila dijalani sesuai dengan petunjuk Allah.

Cobaan-cobaan yang akan datang kepada manusia berdasarkan surat Al Baqarah ayat 155 ialah rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan atau makanan.

  • Rasa Takut  (الخوف) 
Rasa takut ini menghantui sebagian para sahabat Nabi, karena ancaman orang musyrik (kaum quraisy) dari Makkah dan ancaman kabilah-kabilah dari luar kota Madinah yang bermaksud hendak menyerang Madinah, fitnah orang Yahudi selalu mengintai kesempatan dan ancaman orang munafik yang selalu merongrong dari dalam. 
Dalam keadaan senang atau susah, rasa takut atau khawatir seringkali dialami dalam kehidupan manusia, misalnya takut kehilangan orang yang paling dicintai, takut kehilangan harta, kehilangan kasih saying, kehilangan kesehatan, kehilangan ketampanan, kecantikan, takut kehilangan pekerjaan dan yang paling ditakuti lagi adalah kematian.
  • Kelaparan  (الجوع)
Cobaan yang kedua yang dirasakan manusia adalah rasa lapar atau kelaparan. Lapar bisa terjadi karena tidak mempunyai sesuatu untu dimakan atau kehabisan bekal pada saat bepergian atau lapar pada saat melaksanakan kewajiban puasa. Untuk orang yang tidak kuat imannya, rasa lapar dapat membuat diri lupa akan hak-hak dan kewajiban. Lupa kepada Tuhan, lupa apakah yang dimakan itu haknya atau bukan, apakah itu halal atau haram dan sebagainya. Rasa lapar yang berkepanjangan terkadang membuat orang rela menukar aqidahnya. Untuk itu Rasulullah SAW mengingatkan: 
كَادَ اْلفُقْرَ اَنْ يَّكُوْنَ كُفْرًا

Artinya: “Nyaris kefakiran menjadikan seseorang kufur”
  • Kekurangan Harta   ( نقص من الاموال)
 Para sahabat Nabi yang berhijrah ke Madinah, umumnya meninggalkan harta bendanya di Makah. Mereka hidup dalam kesederhanaan bahkan serba kekurangan, walaupun untuk beberapa lama mereka dijamin dan dibantu oleh orang-orang Anshar. Allah melimpahkan rizki kepada hambaNya tidak sama, ada yang dilebihkan sementara yang lainnya kurang dan sedikit. Allah  lah yang mengetahui rahasia ini semua. Perjalanan hidup manusia tidak ubahnya seperti lautan, ada pasang dan surut, pada saat ia berada di atas, pada saat yang lain berada di bawah. Itulah kehidupan dunia.
  • Jiwa  (الانفس)
Orang Islam yang hijrah ke Madinah tanpa membawa bekal dan jauh dari sanak keluarga, tentu sedikit banyak mempengaruhi jiwanya. Pada saat itu jiwa mereka sedang dicoba Tuhan. Mereka tidak tahu apakah dapat kembali ke kampong halamannya berkumpul bersama keluarganya atau tidak. Bukan hal yang mudah untuk mengatasi itu semua.
kita maklum, ketenangan dan eresahan jiwa seseorang erat kaitannya dengan keadaan kehidupan yang dialaminya. Banyak sebab yang menjadikan jiwa tidak tenang dan resah, misalnya karena kematian orang yang dicintai, apaah itu istri atau anak, atau karena cita-citanya yang tidak tercapai, memuncaknya tekanan ekonomi keluarga dan sebagainya.
  • Buah-buahan ( الثمرت)
Cobaan yang terakir yang diberikan Allah kepada manusia berdasarkan ayat di atas tadi adalah kekurangan buah-buahan atau bahan makanan. Hasil bumi seperti buah-buahan atau bahan makanan di setiap negeri tidak sama. Apa yang ada di tanah Arab tidak sama dengan apa yang ada di Indonesia begitu juga di Negara lainnya. Tapi Allah telah mengatur sesuai dengan kondisi di negeri masing-masing.
Pada suatu saat buah-buahan melimpah, tapi dilain waktu bisa mengurang bahkan sangat kekurangan. Kekurangan buah-buahan atau bahan makanan bukan semata-mata hasil panen yang kurang baik, tapi bisa terjadi karena adanya permainan yang sengaja oleh pihak tertentu yang ingin menyengsarakan orang lain.

Pada masa Rasulullah SAW kekurangan buah-buahan suka terjadi, akibatnya banyak umat Islam termasuk Nabi kadang-kadang hanya makan dua buah kurma dalam sehari. Ingat kejadian yang menimpa umat Islam ketika diboikot oleh kaum kafir quraisy di Makkah.

Beberapa puluh tahun yang lalu di Indonesia pernah terjadi kelaparan yang sangat berat, kelaparan terjadi di mana-mana secara merata. Banyak orang yang memakan sesuatu yang tidak pantas untuk dimakan.

Demikianlah lima macam cobaan yang menimpa manusia berdasarkan surat Al Baqarah ayat 155-157. Bagi orang yang beriman tidak ada jalan lain kecuali menerimanya dengan lapang dada dan diyakininya bahwa itu semata-mata cobaan dari Allah SWT kemudian berusaha sekuat tenaga untuk mengatasinya. Untuk itulah ayat ini dilanjutkan dengan, “Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar”. to be continue....
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ ص م : قَا لَ عَلَى اْلمَرْءِ اْلمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا اَحَبَّ وَكَرِهَ اِلاَّ اَنْ يُؤْمَرُ بِمَعْصِيَةٍ. فَاِنْ اُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَطَاعَةَ (متفق عليه

Artinya; “Darri Abu Umar ra, dari Nabi SAW, bersabda : Menjadi kewajiban orang muslim untuk selalu mendengar dan patuh (kepada pemimpin) baik dalam hal yang ia senangi atau ia benci, kecuali ia disuruh melakukan maksiat, maka tidak ada keharusan mendengar dan mematuhi”. (H.R. Bukhari-Muslim)

Yang dimaksud ulil amri (pemimpin) di sini adalah pemimpin masyarakat di dalam berbagai segi kehidupan. Baik itu pemimpin keagamaan, masyarakat, organisasi atau pemimpin Negara. Setiap pemimpin mempunyai kebijaksanaan dan peraturan tersendiri, lebih-lebih pemimpin dalam suatu Negara, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam rangka menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera, tentunya harus ada aturan yang harus diikuti dan dipatuhi oleh setiap rakyatnya.

Pada hadits di atas Nabi Muhamad SAW berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan mematuhi apa-apa yang menjadi keputusan, kebijaksanaan dan perundang-undangan yang telah dibuat oleh para pemimpinnya atau pemerintahnya. Baik keputusan atau perundang-undangan itu ia senangi atau tidak. Peraturan atau perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemimpin bisa jadi disenangi, karena memberi manfaat dan keuntungan pada dirinya. Dan bisa jadi peraturan atau perundang-undangan itu tidak disenanginya, karena dapat merugikan dirinya atau tidak dapat memberikan manfaat baginya, walaupun mungkin akan memberikan manfaat pada orang lain.

Selama peraturan atau perundang-undangan itu tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka sebagai muslim yang baik harus mematuhinya. Seorang muslim harus berpandangan luas, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Sebab pemimpin tidak hanya memikirkan kepentingan orang pribadi, tapi untuk kepentingan dan kemaslahatan umum.

Oleh karena itu, bila pemimpin memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan kepentingan kaum muslimin, maka Rasulullah mewajibkan umatnya untuk mentaatinya, baik perintah itu ia senangi atau tidak. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 216 ;
وَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـأً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ (الْبقرة : 216)
Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik  bagimu”. (Q.S Al Baqarah:216)

Kemudian suatu urusan apabila oleh kaum muslimin dianggap baik, maka di sisi Allah juga baik, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. مَا رَآهُ اْلمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ (رواه احمد)
Artinya: “Dari Anas ra, berkata: Rasulullah SAW bersabda: Apa yang dianggap oleh kaum muslimin sesuatu itu baik, maka di sisi Allah juga baik”. (HR. Ahmad)

Apabila Negara dalam keadaan genting, agama terancam dan pemimpin mengajak kaum muslimin untuk mempertahankannya, maka wajib dituruti. Begitu juga bila diminta berkorban harta benda, untuk membiayai Negara demi kemajuan bangsa, maka harus ditaati. Bila diminta untuk menjaga keamanan lingungan, dihimbau untuk memperhatikan masalah sosial, sudah sewajarnyalah dipatuhi. Segala perintah mereka wajib didengar dan ditaati, serta dilaksanakan, selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Kunci keberhasilan suatu Negara diantaranya terletak pada ketaatan, kesetiaan dan tanggung jawab warganya. Ketaatan kepada pemimpin berarti ketaatan kepada Rasul dan ketaatan kepada Rasul berarti ketaatan kepada Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW:

مَنْ اَطَاعَنِى فَقَدْ اَطَاعَ اللهَ وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ  عَصَى اللهَ وَمَنْ يُطِعِ اْلاَمِيْرِ فَقَدْ اَطَاعَنِى وَمَنْ يَعْصِ اْلاَمِيْرَ فَقَدْ عَصَانِى. (متفق عليه)
Artinya: “ Siapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah, dan siapa yang durhaka kepadaku, maka berarti ia durhaka kepada Allah. Dan siapa yang taat kepada Amir (pemegang pemerintahan), berarti ia taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada Amir, berarti ia durhaka kepadaku”. (Muttafaq Alaih)

Apabila kaum muslimin tidak mau mendengar dan tidak mematuhi dan tidak ada rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di Negara tempat ia tinggal, maka kehancuranlah yang akan terjadi dan sekaligus menjadi bencana bagi umat Islam. Sebaliknya apabila Ulil Amri memerintahkan kea rah dilarang dan dimurkai Allah dan RasulNya, maka tidak boleg dituruti lagi perintahnya. Jadi, kepatuhan terhadap mereka mempunyai batasan tertentu, yakni selama mereka memimpin dan mengarahkan kepada hal-hal yang tidak termasuk maksiat. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:

لَاطَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ اْلخَالِقِ.
Artinya: “ Tidak boleh patuh kepada makhluk dalam hal maksiat kepda halik (Allah)”.

Contoh: Apabila ada pemimpin yang memerintahkan agar menghalangi orang yang hendak ibadah, merampas harta orang, memberikan kesaksian palsu dan minta bantuan untuk hal-hal yang tidak diridhai Tuhan, maka tidak perlu dipatuhi. Yang wajib dipatuhi adalah ketentuan Allah. Tetapi penolakan perlu dilakukan dengan arif dan bijaksana, untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan jangan segan-segan untuk meberikan masukan yang baik kepada pemerintah.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa perintah ulil amri itu wajib dipatuhi selama bersesuaian dengan perintah Allah dan RasulNya. Tapi kalau ulil amri memerintahkan hal yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah dan RasulNya, dikala itu perintah mereka tidak wajib dipatuhi, bahkan harus dijauhi secara bijaksana.

Berjuta Wajah di balik Topeng

Semua tampak indah
Semua tampak baik
Tak sedikitpun tergambarkan celanya
Tak sedikitpun.
 
Mengurung diri dalam topeng
Penuh kepura-puraan
Menyamarkan sifat aslinya
Sembunyikan paras penuh umpatan
Pada hidup yang penuh keluhan
 
Semua orang berlagak pahlawan
Merasa diri paling benar
Melebihi kebohongan yang tertutupi
 
Membohongi diri bersembunyi dibalik topeng
Menyalahkan hidup yang penuh kebohongan
Dari sekedar membuka hati
Tentang wajah sebenarnya
Dibalik topeng hidup yang tersenyum palsu

 



Galau Bisa Membahayakan System Kekebalan Tubuh. Hati-hati teman, kesepian boleh, galau pun tidak masalah, itu hal yang wajar, yang tidak wajar adalah jika terlalu kesepian dan terlalu galau, nah ini yang sedikit membahayakan. Patut untuk waspada, jangan sampai terlalu terlarut, terlalu tenggelam dalam kesepian. Karena, konon katanya kesepian, kegalauan dan saudara-saudaranya (terjadi bila berlebihan) bisa merusak dan membahayakan system kekebalan tubuh. Kesepian, kegalauan mampu memicu produksi sejumlah protein yang memberikan sinyal adanya peradangan, terkait dengan penyakit jantung koroner, diabetes, arthritis dan alzheimer, serta mengakibatkan penurunan pelemahan dan fungsional yang mengakibatkan mempercepat penuaan. Hehe,,Siapa yang ingin cepat tua??

Yang tidak ingin cepat tua, oke lanjutkan Membacanya di sini

Sederhana; Bukan Miskin Tapi Kaya. Kesederhanaan bukan berarti miskin, pelit atau bahkan menyiksa diri. Sebenarnya kesederhanaan ini muncul dari adanya pribadi yang kaya hati, kuat mengendalikan diri serta sikap peduli terhadap sesama. Orang yang terbiasa hidup sederhana akan lebih jernih melihat dan membaca dunia sekitar, dengan hati bening tanpa terhalang aksesoris berujung pujian. Kesederhanaan akan lebih menguatkan kepribadiannya.

Suatu bangsa akan bangkit dan maju jika pemerintah dan masyarakatnya memiliki keberanian untuk hidup sederhana, kemudian diikat dengan tali semangat dan cita-cita untuk membangun sebuah kebanggaan sebagai sebuah bangsa dan negara yang sederhana hidupnya akan tetapi begitu kaya dengan imajinasi, cita-cita dan adanya kecintaan alturistik, yakni perasaan bahagia dan bermakna hidupnya, dengan cara banyak memberi bukannya meminta atau mengambil belas kasih, bangsa yang produktif bukannya hanya konsumtif, berbakat bukannya plagiat.

Banyak tokoh besar dunia sang revolusioner dan pembangun peradaban besar pada umumnya hidup secara sederhana, yang kaya, yang melimpah dan yang besar adalah jiwanya, menjulang tinggi cita-citanya dan nalar kreatifnya. Dalam kehidupan begitu sederhana, sampai-sampai soal makan, pakaian dan tempat tinggal pun dipikirkan sebatas menjaga kesehatannya dan keamanan diri untuk terus berkarya.

Pada konteks nasional, dalam sebuah pemerintahan seringkali terlihat dimata bahwa para politisi juga pejabat tinggi yang terjerumus dan terjebak dalam alam pikir dan gaya hidup yang dangkal. Begitu sering menempatkan gaya hidup konsumtif dan kekayaan materi, sampai-sampai harus korupsi. Tentunya ini merupakan awal terjadinya kebobrokan dan kehancuran harkat martabat suatu negara, bangsa, masyarakat dan pribadinya sendiri.

Jika mengingat apa yang pernah dicontohkan oleh mantan presiden RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dimana beliau mengajarkan kepada bangsa ini untuk mendahulukan substansinya, tidak mendahulukan kemasan luarnya saja. Meskipun banyak yang tidak memahami dan berujung pada kontroversial, namun pada hakikatnya itu pun adalah pelajaran tentang kesederhanaan.

Seseorang yang begitu mementingkan kemasan luar, itu pertanda jika seseorang tersebut tengah mengalami krisis kepercayaan diri. Bisa jadi seseorang kekayaannya melimpah, namun tidak membuatnya silau dan menjadi tawanan dari kekayaannya. Harta adalah instrumen atau pelayan yang semestinya mengabdi pada pemiliknya, jangan sampai terbalik.

Ada pendapat mengatakan, di mana masyarakat saat ini sudah termanjakan dengan gaya hidup konsumtif, dengan biaya yang mahal. Pangsa yang sangat subur bagi produk-produk mutakhir adalah julukan masyarakat saat ini. Namun ketika semua itu mulai terkikis sirna, berbagai keluh kesah selalu bermunculan. Itu akibat keterbiasaan dengan hidup dimanjakan oleh berbagai fasilitas dan gaya hidup yang mewah. Al hasil semakin miskin kepercayaan diri, semakin miskin mental atau tidak cukup kuat menghadapi kerasnya kehidupan.

Itulah cerminan yang perlu kita cari kebenarannya. Jangan sekali-kali percaya sebelum membuktikan sendiri kebenarannya. Seseorang yang kaya itu bukan berarti memiliki segalanya, akan tetapi orang yang kaya itu adalah orang yang pikiran dan sikap hidupnya merasa cukup, menjadikan kesederhanaan sebagai konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga terbentuk menjadi sebuah jati diri.

Ibu...
Kau kuat menanggung beban kandunganmu
selama sembilan bulan
 
Ibu...
Kau selalu sabar membiarkanku berada di sana
hingga aku lahir di dunia
 
Ibu...
Kau saksi betapa sakit persalinan
batas tipis hidup mati yang kau pertaruhkan untukku
 
Ibu...
Saat tangis mungilku terdendangkan
berderai tangis harumu yang beriringi senyuman kebahagiaan
 
Ibu...
Kau selimuti aku dengan kasih sayang
dengan tulus dan tak terbantahkan
 
Ibu...
Begitu indah caramu membesarkanku
meski harus menempuh lika-liku hidup
 
Ibu...
saat aku dewasa
tak ingin diriku menjadi saksi beribu-ribu pilumu
 
Ibu...
Aku ingin kau senantiasa bahagia
meski dalam sahaja
 
Ibu...
Hingga suatu ketika tiba
ku tak melihatmu
Inilah aku, sebagai bukti kasih sayang dan ketulusanmu
 
Ibu...
semoga kau selalu bahagia
selalu dalam ampunan-Nya
 
Ibu...
Aku sayang padamu
Aku terus mendi'akanmu Ibu
Tanpa ku merasakan sapamu
ku ucapkan "Selamat Hai Ibu"

Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Hari Ibu merupakan peringatan atau sebuah perayaan terhadap peran seorang Ibu di dalam keluarganya, baik unuk sang suami, anak-anaknya atau pun dalam lingkungan sosial masyarakat. Hari Ibu juga sebagai hari kebangkitan perempuan Indonesia dan persatuan-kesatuan kaum perempuan yang tidak terlepas dari peran kebangkitan dan perjuangan bangsa. Banyak macam perayaan atau peringatan yang dilakukan untuk memperingati hari ibu, biasanya dengan membebaskan ibu dari tugas domestik yang itu dalam sehari-hari dianggap sebagai kewajibannya.  

Peran seornag ibu dalam agama begitu diistimewakan, begitu dihargai dan sangat dihargai. Dikisahkan : "Suatu ketika datanglah seseorang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati dan patuhi sebaik-baiknya?" Beliau menjawab, "Ibumu". Ia bertanya, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu", Ia bertanya. "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu". Dan ia bertanya lagi, "Kemudian siapa?", Beliau menjawab, "Ayahmu".

Tidak diragukan bahwa di dalam Islam, kedudukan seorang Ibu sangat dihargai dan dihormati. Rasulullah pun mencontohkan betapa beliau sangat menghormati Ibunda yang melahirkan dengan cara berbakti sepenuhnya walaupun kebersamaannya tidak begitu lama. Betapa besar jasa dan pengorbanan seorang ibu kepada anaknya, termasuk kita semua. pernahkah tersadarkan oleh kita, jika di tengah-tengah kesibukan sehari-hari, terkadang kita lupa terhadap peran dan jasa seorang ibu yang telah diberikan kepada kita.

Sementara itu sejarah di mana dinobatkannya 22 Desember di Indonesia sebagai hari Ibu adalah diawali dari bertemunya para pejuang wanita dalam kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta di gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional. Salah satu dari hasil kongres tersebut adalah membentuk Kongres Perempuan yang dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia. Pada dasarnya organisasi perempuan tersebut sudah ada sejak tahun 1912, diawali perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 diantaranya Marta Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjot Nyak Muetia, R.A Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan dan lain-lainnya.

Kembali ke Hari Ibu, dimana kita perlu mengerti dan menjaga sikap agar bagaimana misi dari adanya Hari Ibu ini tidak keluar dari koridor yang sebagaimana mestinya. Hanya saja kita perlu mengingat kembali serta mengenang jasa para pahlawan wanita yang ikut memperjuangkan bangsa ini. Dalam konteks kekeluargaan, maka kita perlu mengingat juga menghargai serta menghormati peran seorang ibu yang begitu besar jasanya yang telah diberikan kita. Apapun itu, dan bagaimanapun, juga dimanapun di Hari Ibu ini mari kita rayakan dengan sebaik-baiknya dengan keyakinan berdo'a terkhususkan untuk sang ibu, semoga amalnya, jasa, pengobanan dan kebaikannya akan mendapatkan balasan dari Tuhan YME. Amiin.

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah

Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...
Ibu
Ibu

Ingin kudekap dan menangis dipangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu

Lalu do'a-do'a baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...
Ibu
Ibu
                {Iwan Fals}


Sumber:
http://bahasa.kompasiana.com/2011/12/17/pidato-perayaan-hari-ibu/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Ibu


Hidup Terasa Jenuh? Menulislah!!!

Hari ini adalah hari yang paling menjenuhkan, hari ini adalah hari yang paling membosankan seumur hidupku, hari ini, hari ini dan hari ini (bla bla bla).

Terkadang hidup kita memang terasa menjenuhkan, sehingga titik nol kejenuhanpun terjadi. Dalam menjalani hidup terasa kurang bersemangat, lebih parahnya tidak tahu arah kemana harus berjalan. "Ke arah mana lagi harus kulangkahkan kakiku ini, wahai Tuhan???"

Tentunya banyak sekali yang menyebabkan hidup seseorang mulai menjenuhkan, dan kebingungan harus bagaimanakah mengungkapkannya. Terdapat beberapa bahkan banyak orang yang merasa hidupnya mulai menjenuhkan, tidak teratur, karena tidak adanya sebuah jadwal. Terlalu banyak memiliki waktu kosong adalah menjadikan tidak efektif sehingga hidup cepat terasa jenuh. Begitu pula terlalu memiliki banyak aktifitas juga akan membuat hidup terasa cepat berlalu dan fokus hidup hanya pada kegiatan, kegiatan dan kegiatan itu saja, dan hal inipun juga akan membuat hidup menjadi jenuh. Setiap orang yang memiliki banyak aktifitas tentunya akan terasa kurang waktu untuk bersantai dan istirahat cukup. Sedangkan orang yang terlalu banyak waktu kosong atau waktu luang terasa banyak waktu untuk bersantai. Namun kedua keadaan ini akan terasa menyenangkan jika kita mampu menyikapinya dengan sebaik-baiknya.

Dua keadaan di atas tadi adalah dua sisi berbeda namun memiliki titik temu yang sama yaitu kejenuhan. Berawal dari hidup yang rentan dengan kekosongan waktu hingga mulai beranjak mencari-cari aktifitas, kegiatan demi kegiatan. Katakanlah pengangguran yang kemudian berusaha ke sana kemari untuk mencari aktifitas atau pekerjaan. Di awal mendapatkan pekerjaan mungkin terasa semangat dalam aktifitasnya, apalagi antara pekerjaan dan hasilnya sangatlah cocok dengan yang diinginkan. Di hari kedua akan lebih semangat lagi, dan masih semangat lagi, namun bagaimana ketika  sampai seminggu, sebulan bahkan setahun dan seiring dengan berjalannya waktu maka titik kejenuhan pun akan mulai datang menghampiri. Dan suatu hal yang menjadi sulit adalah bagaimana kita bisa menjaga diri untuk sesuatu yang telah susah payah kita dapatkan dan menjaganya untuk tidak segera mungkin terasa jenuh dengan segala aktifitas kita.

Namun, kesemuanya itu kembali pada bagaimana kita menyikapinya. Agar dalam kita beraktifitas tidak cepat terasa jenuh, salah satu caranya adalah bagaimana kita membuat jadwal atau menjadwal kegiatan kita. Di manapun, kapanpun, dan dalam agenda apapun akan lebih terasa enak untuk dijalani jika mampu kita jadwal secara teratur. Bukan berarti dengan menjadwal, maka kita akan mengatur atau lebihnya mengekang hidup kita, akan tetapi bagaimana jika hidup kita bisa lebih efektif dan teratur sehingga apa yang kita cari dapat menjadi kenyataan. Di sinilah MENULIS akan menjadi juga lebih berguna dan menyatakan keikutsertaannya sekaligus berperan pada setiap apa yang kita lakukan. Dengan menulis, hidup kita akan lebih teratur, lebih terencana, lebih efektif dan akan terasa lebih mudah dan fokus. Yakin bahwa sudah banyak orang yang membuktikan dan mendapatkan hal tersebut. Sekarang, giliran siapa?? Siapa lagi kalau bukan aku, kamu, kita?? Semuanya!!!! NOW!!

Baca Juga:
SEJARAH PERKEMBANGAN PENGETAHUAN TENTANG MANUSIA


Kajian manusia pada masa Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya mengikuti perkembangan pemikiran dari para filsuf di mana induk dari pengetahuannya pun berasal dari filsafat. Puncak pemahaman tentang kejadian-kejadian di muka bumi, yang merupakan suatu cikal bakal dari ilmu pengetahuan, terjadi pada masa Yunani kuno. Kebudayaan Yunani pada masa itu dengan mitologi tentang dewa-dewa yang dimilikinya, memunculkan sifat ingin tahu dan rasa penasaran untuk mengetahui rahasia alam. Diawali dengan usaha-usaha untuk mengenali gejala-gejala alam yang terjadi dimuka bumi, maka fisuf-filsuf Yunani kuno mengembangkan filsafat alam, suatu kajian pemikiran mengenai sebab-sebab hadirnya atau asal usul alam semesta. Thales (abad ke 6 SM) salah seorang yang termasuk dalam filsuf-filsuf pertama Yunani mencoba mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta. Menurutnya prinsip dari semuanya di alam ini berasal dari air dan semuanya akan kembali menjadi air. Disamping itu Ia mengemukakan bahwa "kesemuanya itu penuh dengan Allah-Allah".

Tradisi berpikir secara mendasar dilanjutkan oleh muridnya Anaximandros (kira-kira hidup antara tahun 610-540 SM), Anaximandros juga mencari prinsip terakhir yang dapat memberi pengertian tentang kejadian-kejadian alam semesta. Tetapi ia tidak memilih salah satu bentuk yang diamati oleh panca indra. Menurutnya prinsip segala sesuatu adalah apeiron : "yang tak terbatas" . Segala sesuatu berasal dari apeiron dan akan kembali ke apeiron. Apeiron itu bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan dan meliputi segala-galanya. Bagaimana dunia dapat timbul dari prinsip yang tak terbatas tersebut? Penyebabnya adalah suatu perceraian (ekrisis), maka dilepaskan dari apeiron itu unsur-unsur yang berlawanan (taenantia); yang panas dan yang dingin, yang kering dan yang basah. Unsur-unsur ini selalu berperang satu dengan yang lainnya. Tetapi bilamana satu unsur menjadi dominan, maka karena keadaan itu dirasakan tidak adil (adikia). Jadi ada satu hukum yang menguasai unsur-unsur dunia dan hukum tersebut dengan suatu nama etis yang disebut keadilan (dike). Ajaran Anaximandros dapat dikatakan membuka jalan baru untuk mengerti tentang keberadaan dunia. Ajaran-ajarannya terutama tentang unsur-unsur yang berlawanan banyak dipakai oleh filsuf-filsuf Yunani selanjutnya.

Adapun filsuf seperti Socrates dan Plato melangkah lebih mendalam dengan melakukan telaahan tentang alam atau dunia yang lebih kecil, mikrokosmos, yaitu manusia. Sokrates menyebutkan bahwa tujuan tertinggi manusia adalah jiwanya (psikhe) menjadi sebaik mungkin. Tingkah laku manusia hanya dapat disebut baik bila manusia menurut kepada intisarinya yaitu psikhe-nya (tidak hanya aspek lahiriah) dijadikan sebaik mungkin. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah eudaimonia (kebahagiaan). Bagi bangsa Yunani eudaimonia berarti kesempurnaan atau lebih tepat lagi dikatakan bahwa eudaimonia berati mempunyai daimon yang baik, dan yang dimaksud dengan daimon adalah jiwa. Menurut Socrates, manusia dapat mencapai eudaimonia atau kebahagiaan dengan arete. Arete adalah keutamaan seorang berdasarkan kodrat untuk apa ia dicipta. Seorang negarawan mempunyai arete yang memungkinkannya menjadi politikus yang baik. Seorang tukang sepatu yang mempunyai arete akan menyebabkan ia menjadi seorang tukang yang baik. Dengan arete ia mendapat pengetahuan yang memungkinkannya menjadi seorang tukang atau politikus yang baik.

Pemikiran Socrates tersebut dapat dikatakan merupakan titik tolak dalam usaha untuk memahami lebih jauh dan mendalam tentang manusia. Manusia memiliki psikhe atau jiwa yang harus dikembangkan terus agar menjadi baik sehingga dapat memperoleh kebahagiaan. Plato (427 SM-347 SM), salah seorang murid Socrates menegaskan pandangannya bahwa manusia adalah makhluk yang terpenting diantara segala makhluk yang terdapat di dunia dan sebagaimana juga gurunya, ia menganggap bahwa jiwa sebagai pusat atau intisari kepribadian manusia. Jiwa bersifat baka dan sudah ada terlebih dahulu sebelum keberadaannya di dunia material dan fana ini yaitu alam lain yang disebut alam ide. Kelahiran manusia di dunia membuat manusia lupa akan alam ide tersebut. Meski terlupa akan alam ide tersebut, tapi pengetahuan tentang alam ide tersebut tidak hilang, pengetahuan tersebut tetap tinggal dalam jiwa manusia dan dapat diingatkan kembali. Dengan demikian pengetahuan pada dasarnya adalah pengenalan kembali atau pengingatan (anamnesis) terhadap alam ide yang dulu pernah dikenalnya.

Oleh karena itu ada dua bentuk pengetahuan manusia yaitu pengenalan indrawi (doxa) tentang benda-benda di alam dunia yang senantiasa dalam keadaan berubah serta pengetahuan akal budi (episteme) menyangkut pengetahuan tentang ide-ide yang abadi dan tak terubahkan. Plato menyebutkan bahwa benda-benda kongkrit di alam dunia ini pada dasarnya adalah tiruan dari Alam Ide, maka pengetahuan indrawi dapat menjadi jalan untuk mengenal atau mengingat kembali alam ide. Seperti gurunya, Plato berpendapat bahwa tujuan tertinggi adalah eudaimonia atau mempunyai jiwa (daimon) yang baik. Dengan demikian manusia menurut Plato adalah kesatuan unsur material dan non material yang tidak terpisahkan. Dengan dualisme ini manusia dapat menemukan atau mengingat kembali alam ide yang dulu pernah dikenal.  

Para filsuf Yunani kuno seperti Socrates dan Plato mencoba memahami manusia dalam kerangka berpikir yang sangat universal. Manusia dipandang sebagai bagian dari makrokosmos. Sebagaimana manusia dilihat terdiri dari tubuh dan jiwa, maka alam semesta dilihat sebagai tubuh dan jiwa, yang diciptakan oleh "Sang Tukang" (Demiurgos). Dapat dikatakan ciri khas dari pemikiran pada masa Yunani kuno ini adalah melihat segala sesuatu sebagai satu kebenaran, sebab itu para filsuf akan memikirkan alam sebulat-bulatnya. Orang Yunani tidak memandang ilmu secara spesifik melainkan ilmu universal. Cara berpikir serta pengetahuan yang mendasar dan unversal dibarengi kecerdasan yang dimilikinya memudahkan Aristoteles (murid Plato yang hidup pada tahun 384SM-322SM dan belajar di akademi milik Plato) menguasai sampai mendalam hampir segala ilmu yang diketahui pada masanya. Aristoteles adalah ahli dalam ilmu alam, hukum, etik dan lain-lain.

Kajian manusia pada masa Romawi
Setelah masa Aristoteles, terjadi peralihan corak pemikiran filsafat Yunani menjadi filsafat Helen-Romana terutama disebabkan akibat perluasan wilayah kerajaan Romawi pada masa Alexander Agung, murid dari Aristoteles. Dengan makin meluasnya wilayah kerajaan Romawi, keinginan memperoleh pengetahuan teoritis makin beralih kepada ilmu-ilmu khusus yang lebih berguna bagi penghidupan sehari-hari. Kepercayaaan akan agama rakyat menyusut. Orang makin mencari hasil praktis yang berguna untuk meningkatkan kesenangan hidup sebagai akibat perbudakan dan kondisi sosial yang menekan. Ilmu yang berkembang pada masa itu adalah etika, suatu ajaran tentang martabat hidup di dunia, maupun pengetahuan khusus yang sifatnya praktis. Dalam periode ini misalnya berdirilah sekolah Epikuros yang didirikan oleh Epikuros (341 SM-217SM).

Berbeda dengan Aristoteles, Epikuros tidak mempunyai perhatian terhadap penyelidikan ilmiah. Ia hanya mempergunakan pengetahuan yang diperolehnya sebagai alat membebaskan manusia dari ketakutan agama, yaitu rasa takut terhadap dewa-dewa yang ditanam dalam diri manusia oleh agama Yunani kuno. Menurutnya ketakutan akan dewa-dewa tersebutlah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup. Ia mengembangkan fisika praktis untuk membebaskan manusia dari kepercayaan akan dewa-dewa. Ia mencoba menjelaskan bahwa segala yang terjadi bersifat kausalitas dan mekanis. Tidak perlu dewa-dewa diikutsertakan dalam peredaran alam ini. Setelah periode Aristoteles dapat dikatakan filsafat Yunani kehilangan masa keemasannya dan dan jatuh pada penelaahan yang sifatnya spasial dan kehilangan sifatnya untuk menelaah sesuatu secara mendasar.

Kajian Manusia pada Abad Pertengahan
Setelah kelahirannya, agama Kristen mulai menyebar dan memberi warna dalam perkembangan pemikiran tentang manusia. Thomas Aquinas adalah seorang pendeta yang meletakkan pemikiran-pemikiran Yunani kuno dalam baju gereja dan ajaran Kristen. Abad pertengahan merupakan abad kegelapan bagi perkembangan pengetahuan di Barat karena dominasi yang sangat kuat dari pihak gereja. Dogma gereja menjadi suatu yang harus dipatuhi, serta menjadi kunci mutlak agar dapat memperoleh keselamatan dan kesejahteraan hidup. Akibat kondisi yang dogmatis, alam pemikiran menjadi terbelengu karena harus mengikuti ajaran-ajaran atau "hukum Tuhan". Sesuai dengan ajaran Kristen, manusia dipandang sebagai mahluk Tuhan yang harus "patuh dan tunduk" dengan gereja sebagai perwakilan Tuhan di muka bumi.

Kajian Manusia pada Masa Renaissance
Pandangan abad pertengahan itu berubah secara mendasar pada abad ke enambelas dan tujuh belas. Revolusi ilmiah dimulai ketika Copernicus mematahkan pandangan geosentrik gereja yang telah diterima menjadi dogma selama lebih dari seribu tahun. Setelah Copernicus, bumi tidak lagi menjadi pusat alam tetapi hanya sebagian kecil di ujung galaksi. Tokoh lain yang berperan mengubah corak berpikir manusia pada abad itu adalah Galileo Galilei. Galileo adalah orang yang pertama memadukan percobaan ilmiah dengan bahasa matematika untuk merumuskan hukum-hukum alam yang ditemukannya. Selanjutnya Galileo menetapkan postulat bahwa agar para ilmuwan dapat menggambarkan alam secara sistematis maka mereka harus membatasi diri untuk mempelajari sifat-sifat esensial benda mateial yang dapat diukur dan dikuantifikasi. Dengan postulat ini dapat dikatakanan bahwa semua aspek seperti perasaan estetik, etik, nilai, perasaan, motif, kehendak, jiwa yang tidak dapat dikuantifikasi menjadi "mati". Francis Bacon selanjutnya merumuskan teori tentang prosedur penelitian ilmiah dimana penelitian harus berlandaskan fakta maupun data serta berdasarkan percobaan untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Metoda ini disebut metoda empiris-induktif.

Dengan metoda ilmiah ini tujuan ilmu menjadi berubah. Ilmu pada jaman kuno memiliki tujuan untuk mencapai kearifan, dengan memahami tatanan alam dan kehidupan yang harmonis dengan alam; ilmu dicari "demi keagungan Tuhan". Dengan prinsip metoda ilmiah dari Bacon, tujuan ilmu berubah menjadi pengetahuan yang dapat digunakan untuk menguasai dan mengendalikan alam. Melalui metoda penelitian empiris alam secara paksa diteliti dan dikendalikan.

Puncak revolusi ilmiah terjadi sejak Rene Descartes mengungkapkan filsafatnya Cogito Ergo Sum (Saya berpikir maka saya ada). Pernyataan ini merupakan kesimpulan dari filsafatnya. Menurutnya esensi hakikat manusia terletak pada pikirannya, dan hanya benda-benda yang ditangkap dengan jelaslah yang dapat dikatakan benar. Konsepsi yang demikian disebutnya sebagai "intuisi". Dia menegaskan bahwa tidak ada jalan menuju pengetahuan yang benar kecuali dengan intuisi yang jelas dan deduksi lah yang diperlukan. Dengan pendapatnya mengenai Cogito Ergo Sum, Descartes tidak lain menegaskan bahwa akal dan materi merupakan dua hal yang terpisah dan berbeda secara mendasar. Dengan demikian ada dua alam yang terpisah yaitu alam pikiran res cogitans dan res extensa atau alam luas. Pada abad-abad berikutnya, para ilmuwan mengembangkan teori-teori mereka sesuai dengan pemisahan Descartes ini. Ilmu-ilmu kemanusiaan memusatkan pada res cogitans dan ilmu-ilmu alam memusatkan pada res extensa. Bagi Descartes, alam semesta adalah sebuah mesin dan tidak lebih dari sebuah mesin. Alam semesta bekerja sesuai dengan hukum-hukum mekanik, dan segala sesuatu dalam alam materi dapat diterangkan dalam tatanan dan gerakan-gerakan dari bagian-bagiannya. Gambaran alam mekanik ini telah menjadi paradigma ilmu pada masa setelah Descartes. Paradigma ilmu ini menuntun semua pengamatan ilmiah dan perumusan semua teori tentang alam. Seluruh teori pada abad tujuh belas, delapan belas dan sembilan belas termasuk teori Fisika Newton yang termasyhur tidak lain adalah perkembangan dari pemikiran Descartes.

Teori fisika klasik yang dikembangkan Isaac Newton pada dasarnya adalah penggabungan dari metode deduksi dari Descartes dan metode induksi-analitis dari Francis Bacon. Newton dalam bukunya Principia menekankan bahwa eksperimen tanpa interpretasi sistematis maupun deduksi dari prinsip pertama yang tanpa bukti eksperimen sebenarnya sama-sama tidak akan sampai pada teori yang dapat dipercaya. Pada abad delapan belas sampai sembilan belas mekanika Newton telah digunakan dengan keberhasilan yang luar biasa. Teori Newton mampu menjelaskan gerak planet bulan dan komet hingga ke rincian-rincian terkecil.

Dengan penetapan yang kuat pada pandangan yang mekanistik ini, fisika Newton tampak menjadi dasar dari semua ilmu. Teori Newton tentang alam semesta dan kepercayaan pendekatan rasional pada masalah-masalah manusia menyebar dengan cukup pesat sehingga era itu disebut dengan era pencerahan.

Konsep-konsep mekanistik Descartes serta konsep Newton ternyata juga mempengaruhi para ilmuwan yang tertarik tentang masalah manusia. Dengan metoda ilmiah suatu pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi ilmu bila memilki kriteria empirik, obsevable dan terukur. Usaha untuk memperoleh pemahaman tentang manusia akhirnya harus direduksi hanya pada aspek-aspek yang terukur saja. Ilmu Psikologi, sesuai dengan namanya, yang semestinya mempelajari tentang Psyche (jiwa) direduksi menjadi ilmu yang terbatas mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia. Ilmu Psikologi dapat diterima menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri sejak Wilhelm Wund mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig University, jerman pada tahun 1859 dan mengembangkan penelitian-penelitian psikologi melalui metoda eksperimental yang terukur dan teramati. Dengan masuknya psikologi sebagai bagian dari ilmu modern jiwa yang non materiil, menjadi terbuang dari kajian ilmu psikologi modern saat ini. Psikiater R.D Laing secara ekstrim menyebutkan ; "Matilah pemandangan, suara, rasa, sentuhan dan bau dan bersama itu mati pulalah perasaan estetik dan etik, nilai, kualitas, bentuk; semua perasaan, motif, kehendak, jiwa, kesadaran, dan roh.

Falsafah Kebenaran dalam Perkembangan Ilmu; Atien Priyati dkk, 2002


HAKIKAT MANUSIA

  • Aristoteles yang menganggap manusia adalah animal rationale, karena, menurutnya, ada tahap perkembangan : 
Disamping itu, Aristoteles juga menyatakan bahwa manusia adalah zoon poolitikon atau makhluk social dan "makhluk hylemorfik", terdiri atas materi dan bentuk-bentuk.

  • Ernest Cassirer berpendapat bahwa manusia adalah animal simbolikum, yaitu ialah binatang yang mengenal simbol, misalnya adat-istiadat, kepercayaan, bahasa. Inilah kelebihan manusia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia dapat mengembangkan dirinya jauh lebih hebat daripada binatang yang hanya mengenal tanda dan bukan simbol
  • Islam memandang manusia sebagai khalifatullah, yakni khalifah Allah. Ketika kata khalifah digunakan untuk manusia, kata ini mempunyai arti yang netral. Maksudnya bisa untuk kebaikan dan bisa pula untuk keburukan.
    Manusia adalah khalifah dari Allah dan Allah adalah puncak segala kebaikan dan kesempurnaan. Dengan demikian manusia adalah titisan dari kebaikan dan kesempurnaan-Nya. Jadi manusia berkedudukan sebagai wakil atau pengganti Allah di muka bumi. Yaitu manusia yang mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengubah alam. Manusia yang sedikit banyak mengetahui rahasia alam. Jika seseorang bertanya mengenai apa hakikat manusia itu, maka jawabannya akan berupa suatu "filsafat". Dalam hal ini yang dikemukakan bukan lagi susunan tubuhnya, kebudayaannya dan hubungannya dengan sesama manusia, akan tetapi hakikat manusia yang ada di balik tubuh, kebudayaan dan hubungan tadi. Alm. Anton Bakker, dosen Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada menggunakan istilah "antropologi metafisik" untuk memberi nama kepada macam filsafat ini. Jawaban yang dikemukan bermacam-macam antara lain; (1)Monisme, yang berpendapat manusia terdiri dari satu asas. Jenis asas ini juga bermacam-macam, misalnya jiwa, materi, atom, dan sebagainya. Hal ini menimbulkan aliran spiritualisme, materialisme, atomisme, (2)Dualisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas dua asas yang masing-masing tidak berhubungan satu sama lain, misalnya jiwa-raga. Antara jiwa dan raga tidak terdapat hubungan, (3)Triadisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas tiga asas, misalnya badan, jiwa dan roh, (4)Pluralisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari banyak asas, misalnya api, udara, air dan tanah.
Pendapat lain menyatakan bahwa, untuk mengetahui apa hakikat manusia itu, dapat dilihat dari dua hal berikut, yaitu kesadaran diri dan kesadaran universal.

Kesadaran Diri;  Esensi atau hakikat manusia adalah substansi immaterial yang berdiri sendiri, bersifat illahi (berasal dari alam amr), tidak bertempat di dalam badan, bersifat sederhana, mempunyai kemampuan mengetahui dan menggerakkan badan, diciptakan (tidak kadim) dan bersifat kekal pada dirinya. Ia berusaha menunjukkan bahwa kesadaran jiwa dan sifat-sifat dasarnya tidak dapat diperoleh melalui akalnya saja, tetapi dengan akal dan sara'. 

Kesadaran Universal; Tubuh adalah susunan inti materi yang setiap saat berubah dan berganti. Terbatasnya kesadaran bahwa badan bukan lagi sekedar tangan, kaki, kepala. Akan tetapi berubah meluas menjadi kesadaran universal, yaitu kesadaran yang tidak ada batas. Pada tingkat kesadaran ini kita agak bingung, yang mana sebenarnya wujud ini sebenarnya. Karena setelah ditelusuri secara rinci, bahwa badan yang tadinya disadari sebagai sosok laki-laki atau wanita yang punya rupa cantik dan gagah. Pelan-pelan terhapus oleh kesadaran yang lebih luas, yaitu kesadaran jagat raya atau disebut kesadaran makrokosmos. Bahwa wujud badan ini tidak lagi sesempit dulu, aku tidak lagi sebatas kepala, tangan, dan kaki saja. Akan tetapi badanku adalah angin yang bergerak, atom-atom yang bertebaran serta bergantian saling tukar dengan benda-benda yang lain, badanku adalah butiran-butiran zarrah yang saling mengikat dengan tumbuhan, binatang, bumi serta dengan angkasa yang maha luas. Badanku adalah jagad raya. Dimana kesadaran sudah berubah luas dan menjadi satu kesatuan dengan lingkugan kita. Kesadaran ini akan memudahkan mengidentifikasikan siapa diri sebenarnya. Setelah tahu esensi badan ini. Yaitu kesadaran hakiki yang menggerakkan dan mengatur alam semesta. Dikatakan dalam Al Qur'an: 

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah -(atau tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mempergunakan akal" 
 (QS An Nahl 12)

Menurut Al Ghazaly, hakikat manusia terdiri dari jiwa, ruh, hati dan akal
Jiwa; Jiwa pada hakikatnya terdiri dari dua bagian, yaitu hati dan jiwa/ruh. Jiwa adalah sebuah hati yang untuk  mengetahuinya harus menggunakan  mata batin. Hakikat hati itu  ialah merupakan dunia ghaib. Atau lebih dalamnya lagi, melalui  pendekatan definisi jiwa manusia ialah: sebuah kesempurnaan yang  terbentuk tanpa media penyempurna lainnya. Ia terbentuk dengan  sendirinya dan memiliki elemen lainya untuk membantu kesempurnaannya  itu. Jiwa bukan tubuh, bukan bagian  dari tubuh dan bukan apa-apa melainkan ia sebuah substansial belaka.
Jiwa manusia mempunyai  dua kekuatan; kekuatan kerja ('amilah) dan kekuatan untuk mengetahui  ('alimah). Kekuatan kerja merupakan sebuah  pusat penggerak badan manusia yang  akan disuplai nantinya  ke beberapa partikel aktif, yang memotorinya  dengan tanda-tanda khusus. Sehingga dengan mengetahui kekuatan kerja jiwa yang bisa dirasakan (nafsh 'aqilah) dapat megetahui beberapa kesalahan panca indra dalam beroprasi, dan dapat  dibenarkan lagi kerjanya oleh jiwa, atau mengetahui sifat-sifat 
perilaku baik dan buruk.
Sedangkan kekuatan kedua yaitu kekuatan mengetahui. Yang dimaksud kekutan mengetahui itu adalah hati. Berarti jiwa mempunyai dua fungsi: fungsi mengetahui alam dunia, yaitu dengan kekuatan kerja, dan fungsi mengetahui alam akhirat dengan kekuatan 'alimah (hati). Adapun keadaan jiwa dalam kehidupan dunia, ketika berhubungan dengan wajib adanya Allah mempunyai tiga keadaan. Pertama, orang mengetahui keberadaan Allah itu adalah wajib adanya bagi Allah. Dan ia mengetahui apa yang dimiliki Allah dari kesempurnaan, keagungan, kekuasaan, kemampuan dan sifat kebaikan yang dimilikinya.  Kedua, orang yang mengetahui wajib keberadaannya Allah dengan menerima sesuai pengetahuan yang dimilikinya dan dengan mengharuskan ia memikirkan tentang  keagungan-Nya dan kebaikan-Nya. Memegang kepercayaan tersebut berlangsung sampai ia menemui ajalnya...Ketiga, orang yang tidak mengetahui sama sekali terhadap adanya kewajiban keberadaan Allah.

Ruh; Mengatahui ruh sangatlah tidak mudah bagi kita. Agama sendiri tidak 
menjelaskan bagaimana mengetahuinya. Agama sendiri tidak membutuhkan untuk mengetahui ruh. Karena Agama itu adalah mujahadah.
Ruh yang kita miliki menurut Al Ghazaly adanya ditubuh tidak didalam, tidak diluar, tidak terpisah dan tidak menyatu. Melainkan secara integral ruh masuk, menempati, berhubungan dengan tubuh dan beradanya secara khusus. Walaupun keadaan ruh yang sedimikian rupa adanya, Al-Ghazaly pada akhirnya bisa menangkap, ruh apa yang sebenarnya harus diketahui oleh kita. Tegasnya, apa fungsi daripada ruh itu sendiri bagi kita?
Al-Ghazali berpendapat, ruh berjumlah lima, diantaranya ruh hissi  
(1) Ruh sensual mentality, menerima apa yang dinginkan oleh panca indera. Ruh ini dinamakan ruh hewan.yang membentuk hewan menjadi hewan. Ruh tersebut biasanya dimiliki oleh anak-anak. (2) Ruh khayali (imaginary mentality) yaitu menulis apa yang ditangkap oleh panca indera yang kemudian dijaga dan disimpan secara rapih, untuk selanjutnya dikirim ke ruh 'aqli ketika dibutuhkan. (3) Ruh 'aqli (rasional mentality) yaitu yang mengetahui makna luar daripada sensualitas dan imajinatif. Ini adalah substansi manusia khusus. (4) Ruh fikri (thought mentality) yaitu yang mengambil ilmu pengetahuan logika belaka, yang mengahasilkan beberapa karya yang cukup berharga. (5) Ruh qudsi (nabawi), khusus dimiliki oleh para nabi dan sebagian wali. Dari  ruh qudsi akan kelihatan alam ghaib dan akhirat, serta beberapa pengetahuan mengenai dunia langit dan dunia bumi.Bahkan pengetahuan ketuhanan tentang yang tidak bisa dijangkau oleh ruh aqli dan ruh fikri.

Hati; Yang dimaksud hati disini bukan hati yang berbentuk gumpalan daging lembut yang terletak disebelah bagian dada. Melainkan hati yang  merupakan kumpulan nilai-nilai spiritual yang dipenuhi oleh kekuatan  rahman dan rahim.  Dalam kenyataannya hati mempunyuai dua sifat. Sifat untuk selalu berbuat baik dan sifat untuk selalu berbuat jelek...dari kedua sifat ini bertambah  sifat lainnya. Yang jumlah keseluruhannya sebanyak empat macam. Pertama sifat syaitan, kedua sifat hewan, ketiga sifat buas, keempat sifat malaikat. Perbuatan jelek biasanya dilakukan dalam bentuk makan, minum, tidur dan nikah. Sifat ini dikategorikan sebagai sifat hewan. Begitu juga perbuatan yang muncul dari kejiwaan seperti perbuatan makan, ini termasuk katagori perlakuan syaitan. Sedangakn perlakuan marah yang sampai menimbulkan pemukulan, pembunuhan, permusuhan, adalah  bagian dari perbuatan buas. Adapun perbuatan yang berdasarkan "akal" yang merupakan rahmat dan kebaikan dari Tuhan yaitu bagian dari perbuatan malaikat.

Perbuatan malaikat ini yang harus dikembangkan dalam kehidupan. Karena malaikat ini makhluk yang suci, maka kita mesti menjaga kesucian hati dengan nilai-nilai ilahiyah agar hati selalu dalam keadaan suci penuh dengan muatan thayyibah. Dan perlu diketahui juga, bahwa hati mempunyai dua pintu untuk mendapat ilmu pengetahuan. Pertama pintu untuk dunia ahlam  dan kedua pintu untuk dunia yaqdlahr... Kalau seandainya orang tidur, pintu panca indera akan tertutup dan akan terbuka pintu bathin. Serta selanjutnya akan terungkap alam ghaib. Seperti, dunia malaikat, lauh mahfudz itu semua kelihatnya seperti cahaya.

Akal; Akal yang dianugerahkan Allah pada kita berfungsi sebagai penimbang keputusan yang akan kita ambil, dengan mengkonfirmasikan dahulu terhadap panca indera lainnya. Atau dengan bahasa lain, akal ialah sebuah fitrah ghoriziah dan nur ashly, yang apabila dengannya manusia mampu mengetahui hakikat sesuatu. Dalam kehidupan kita selalu berhadapan dengan permasalahan yang menuntut kekutan manusia dapat dimaksimalisir  fungsinya.
Kekuatan manusia itu, tidak kurang dari dua kekuatan. Kekuatan  praktikal (amaliiyah), yaitu kekutan yang bisa diukur dengan kemampuan tubuh dan fungsinya. Dan kekuatan teoritikal (nadzariyah) yaitu kekuatan yang diukur dengan pengefektifan kekuatan tersebut yang akan diterima oleh kekuata praktikal. Maka seolah-olah jiwa itu mempunyai dua muka, muka untuk tubuh... dan muka untuk konsep-konsep tinggi yaitu akal.  Wal hasil, kekuatan teoritikal berfungsi sebagai penyempurna substansi jiwa.
Adapun kekuatan praktikal untuk mensiasati tubuh  dan mengaturnya dengan menuju penyempurnaan teori. Dari kekuatan tersebut, kita bisa mengetahui bagaimana para sufi umumnya dan Al Ghazaly khususnya menggunakan akal. Ada dua jalan yang harus ditempuh sufi dalam menggunakan akal. Pertama, akal harus memenuhi tiga  syarat dalam mendapatkan pengetahuan sufi. Diantaranya mendapatkan seluruh ilmu dengan mengembil manfaatnya dari seluruh ilmu tersebut. Kedua , melakukan riyadlah yang benar...ketiga, berfikir. Karena apabila jiwa telah belajar dan menerima apa yang didapatinya dari ilmu kemudian ia memikirkaknnya dengan menggunakan syarat-syarat berfikir , maka akan terbuka pintu alam ghaib baginya. Kedua, setelah tiga syarat terpenuhi, akal akan memasuki fungsinya yang utama yaitu mengevaluasi pengalaman-pengalaman sufi dalam manjalani tasawufnya.

Sumber:
A. M. W. Pranarka, 1987. Epistemologi Dasar – Suatu Pengantar. Jakarta : Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
Sudarsono, 1993. Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta.
Abu Akhyar, 1996. Keraguan Terhadap Kebenaran. Http://www.isnet.org.



Memahami Tradisi Kupatan
 
Suatu adat juga kebiasaan turun menurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat, ini tentunya harus mendapatkan sebuah perhatian khusus, dikarenakan mengapa, ketika sebuah tradisi tersebut mulai tergeser dengan tradisi baru, maka substansinya akan berbeda dan timbullah hal yang baru pula. Membicarakan terkait kupatan, ini juga merupakan sebuah tradisi yang muncul di kalangan umat Islam. Dalam tradisi Jawa, seusai Ramadhan pasti diadakannya sebuah perayaan yang sering kali disebut dengan sebutan bhada atau riyoyo (dalam bahasa Jawa) yang terdiri dari dua macam, yakni bhada lebaran dan bhada kupat. Secara bahasa, bhada berasal dari bahasa Arab “ba’da” yang artinya sudah. Sedangkan riyoyo itu berasal dari bahasa Indonesia “riah” (ramai yg bersifat suka ria) riang gembira atau suka cita. Kemudian kata lebaran itu berasal dari kata lebar yang berarti selesai (rampung;dlm bahasa Jawa), dalam artian sudah selesainya pelaksanaan ibadah puasa yang dijalankan selama sebulan penuh dan memasuki bulan Syawwal/Idul Fitri, yang kaitannya hari ini disebut dengan “riyoyo” dikarenakan sikap merasa bersuka cita umat Islam dengan ekspresi kegembiraan mereka dengan lantaran menyandang predikat fitrah atau kembali ke kesucian. Sedangkan Ketupat itu merupakan sebuah makanan khaas yang bahannya terbuat dari beras yang dibungkus selongsong yang terbuat dari daun kelapa muda atau janur dan dianyam berbentuk segi empat. Umumnya kupat dihidangkan oleh kalangan umat muslim bersamaan dengan hari ke 7 atau ke 8 dari bulan syawal, yang konon pada hari itu terkenal dengan sebutan “Kupatan” atau “Riyoyo Kupat”. Lalu dari mana asal usul tradisi Kupatan tersebut?

Asal usul, kalau asal jangan usul, kalau usul jangan asal.
Tradisi Kupatan


Tidaklah mudah memberikan atau bahkan menemukan sebuah kajian ilmiah tentang sejarah atau asal usul kupat. Namun kiranya dari berbagai sumber sedikit kiranya bisa dijadikan bahan pemikiran, dimana masyarakat Jawa mempercayai bahwa kupat ini berawal dari Sunan Kalijaga, atau Sunan Kalijaga merupakan orang yang berjasa dalam hal mentradisikan kupatan dengan beberapa makna filosofis yang terkandung dalam makanan ini.

•    Kata “kupat” berasal dari bahasa Jawa “ngaku lepat” (mengakui kesalahan). Ini mengisyaratkan bahwa kita yang hanya sebagai manusia biasa selalu pernah melakukan kesalahan kepada siapapun khususnya pada sesama. Maka adanya kupatan ini yang sekedar mengingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masing-masing, dan rela untuk saling memaafkan.
•    Kata “Kupatan” juga berasal dari bahasa Arab “Kaffatan” (kesempurnaan) yang kemudian ditandingkan dengan lughah Jawa dan supaya gampang ingan dan mengucap maka terbiasalah dengan sebutan atau ucapan “kupatan”. Kesempurnaan di sini adalah menjadi titik ujung kesempurnaan yang telah kita terima dari anugrah yang telah diberikan oleh Tuhan berupa Fitrah. Dengan adanya “kupatan” ini berarti menandakan sebuah kesempurnaan.
•    Kesempurnaan yang kemudian dilambangkan dengan bentuk kupat yang terbuat dari janur (sejatine nur), ini melambangkan bagaimana kondisi umat muslim setelah mendapatkan pencerahan selama bulan suci ramadhan, secara pribadi-pribadi mereka kembali pada fitrah, kesucian atau jati diri manusi yang bersih dari noda dan bebas dari dosa.
•    Kesempurnaan dan kesucian diri yang juga dilambangkan dengan isi kupat yang berisi beras (segenggam beras) dan karena butir-butir beras tadi saling menyatu dalam selongsong janur dan rela direbus sampai matang, masak, maka jadilah sebuah makanan yang mengenyangkan dan enak dimakan. Ini adalah sebuah simbol dari persamaan juga kebersamaan persatuan dan kesatuan, dimana yang demikian itu merupakan seuntai pesan moral terhadap umat agar sama-sama rela untuk menjalin persatuan dan kesatuan sesama umat, untuk diri pribadi, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara.
Namun sedemikian itu, meski sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun dan terus dilakukan, juga tak jarang muncul sebuah polemik di kalangan umat muslim, dimana ada juga yang menganggap sebuah tradisi tersebut sebagai Bid’ah dan sesat, dikarenakan termasuk mengada-ada dalam masalah ibadah. Setelah bulan suci ramadhan, dan memasuki syawal (1 syawal/Idul Fitri) maka pada saat itu seluruh kaum muslim diharamkan untuk berpuasa, terkecuali ketika mulai pada hari ke 2 bulan syawal, baru ada anjuran (sunnah muakkad) untuk melakukan puasa selama enam hari, berturut-turut sejak tanggal 2 syawal  ataupun terpisah, selama masih dalam bulan syawal, sebagaimana sabda Nabi SAW :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ. رواه مسلم (الجامع الصغير ص 307)
Artinya :
“Barang siapa berpuasa Ramadlan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan syawwal, maka yang demikian itu seperti puasa setahun”. (HR. Imam Muslim)


Kemudian setelah puasa syawal, tidak ada anjuran atau tuntutan melakukan dan menyelenggarakan tradisi tertentu (di sini yang dimaksudkan adalah kupatan), maka barang siapa melakukan tradisi tertentu atau tradisi riyoyo kupat pada tanggal 8 syawal, maka hal itu dianggap Bid’ah (suatu hal yang baru). Kenapa demikian, dikarenakan dianggap suatu hal yang dulunya (zaman Rasul dan para sahabat) tidak pernah melakukan dan tidak pernah diajarkan. Inilah yang kemudian menjadi bermunculan multipersepsi di kalangan umat Islam, antara yang Bid’ah dan tidak, antara yang melakukan dan tidak mau melakukan. Namun tidaklah ini menjadi sebuah kerumitan dan menjanggal kita, coba kita pecahkan dan kita pikirkan dari paradigma bahasa yakni interpretasi dari makna Bid’ah itu sendiri, juga bagaimana status amaliyah dari tradisi riyoyo kupatan itu sendiri.

Bid’ah secara bahasa berarti membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 117 yang artinya : “Allah Pencipta langit dan bumi, ...”. Yang dimaksud di sini adalah mencipta (membuat) tanpa ada contoh sebelumnya.
Juga firman-Nya dalam Q.S  Al-Ahqaf ayat 9 yang artinya : “Katakanlah: ‘Aku bukanlah yang membuat bid’ah di antara rasul-rasul’ ”. Maksudnya adalah aku bukan Rasul pertama yang diutus ke dunia ini. Sedangkan ada yang mendefinisikan Bid’ah secara mutlak, yakni segala hal yang belum pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Sesuatu yang ada kaitannya dengan ibadah dan tidak pernah dicontohkan oleh Nabi adalah Bid’ah dan haram untuk dilakukan. Oleh karena itulah tradisi kupatan ini dikategorikan sebagai ibadah madlah (ritual murni) yang terikat dengan tata cara yang didasarkan pada tauqif  (Jawa;piwulang) dari nabi, dan hal itu dianggap mengada-ada dan itu adalah bid’ah, sedangkan setiap bid’ah adalah dlalalah. Sabda Nabi SAW:
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. رواه البيهقي عن عائشة (الجامع الصغير ص 296)
Artinya :
“Barang siapa mengada-ada di dalam urusan agama kita ini, sesuatu yang tidak bersumber darinya, maka hal itu ditolak” (HR. Imam Baihaqi)
Dan sabda Nabi SAW. :
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ ذَلِكَ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه أبو داود والترمذي. أَيْ بَاعِدُوْا وَاْحذَرُوْا اْلأَخْذَ بِاْلأُمُوْرِ الْمُحْدَثَةِ فِي الدِّيْنِ. (المجالس السنية شرح الأربعين النووية ص 87)
Artinya :
“Jauhilah hal-hal baru yang diada-adakan, karena sesungguhnya hal tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) yakni kamu sekalian harus menjauhi dan mewaspadai perkara-perkara baru dalam agama.
Namun selain daripada itu, ada lagi yang kemudian pendapat mengklasifikasikan bid’ah itu menjadi dua bagian, yakni bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah sayyi’ah (buruk), dan berpendapat bahwaasannya tradisi kupatan itu adalah dikategorikan sebagai ibadah ghairu mahdlah (tidak murni) yang yang perintahnya ada, namun dalam hal pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi, maka adanya tradisi itu dianggap amrun mustahsan (sesuatu yang dianggap baik). Penjelasan ini bukan berarti mengingkari dari pada dua hadits yang telah disebutkan di atas tadi, akan tetapi mencoba memahami hadits tersebut dengan paradigma yang lebih luas, dalam artian tidaklah semua bid’ah itu dlalalah (sesat), namun ada juga bid’ah yang hasanah (bagus) yaitu suatu hal baru yang tidak merusak akidah dan tidak menyimpang dari syari’at, sebagaimana dijelaskan dalam kitabnya Syaikh As-Sayyid Muhammad Alwi “Al-Ihtifal bidzikro maulidin nabi” :
قَالَ اْلإِمَامُ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَا أَحْدَثَ وَخَالَفَ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعًا أَوْ أَثَرًا فَهُوَ الْبِدْعَةُ الضَّالَّةُ، وَمَا أَحْدَثَ مِنَ الْخَيْرِ وَلَمْ يُخَالِفْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ الْمَحْمُوْدُ.
Artinya :
“Imam Syafi’i berpendapat bahwa amalan apa saja yang baru diadakan dan amalan itu jelas menyimpang dari kitabullah, sunnah rasul, ijma’us shahabah atau atsaratut tabi’in, itulah yang dikategorikan bid’ah dlalalah/sesat atau tercela. Sedangkan amalan baik yang baru diadakan dan tidak menyimpang dari salah satu dari empat pedoman di atas, maka hal tersebut termasuk hal yang terpuji”.
Juga dalam kitab yang sama beliau menyimpulkan pendapat Imam Syafi’i tersebut sebagai berikut :
فَكُلُّ خَيْرٍ تَشْتَمِلُهُ اْلأَدِلَّةُ الشَّرْعِيَّةُ وَلَمْ يُقْصَدْ بِإِحْدَاثِهِ مُخَالَفَةُ الشَّرِيْعَةِ وَلَمْ يَشْتَمِلْ عَلَى مُنْكَرٍ فَهُوَ مِنَ الدِّيْنِ.
Artinya :
“Jadi setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar’i dan mengadakannya tidak ada maksud menyimpang dari aturan syari’at serta tidak mengandung kemunkaran, maka hal itu termasuk “ad-din” (urusan agama)”.

Oleh karena itu, wahai sahabat/i yang dimuliakan Tuhan semuanya, amiin, menempatkan hukum riyoyo kupat itu tidaklah dengan seenaknya saja, harus dilihat dari substansi masalahnya, yaitu ajaran silaturrahim, saling memaafkan juga ajaran tentang pemberian sodaqoh atau sedekah, yang mana hal tersebut perintahnya ada dalam dalil syar’i, namun daripada itu teknis dalam hal pelaksanaannya bisa dilakukan dengan beragam cara.

Dalil syar’i tentang silaturrahim antara lain : hadits riwayat Tirmidzi :
أَسْرَعُ الْخَيْرِ ثَوَابًا الْبِرُّ وِصِلَةُ الرَّحِمِ. رواه الترمذي عن عائشة
Artinya :
“Amal kebajikan yang paling cepat mendapatkan pahala adalah ketaatan dan silaturrahim”.

Dalil syar’i tentang memberikan maaf antara lain QS. An-Nur 22 :
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْا أَلاَ تُحِبُّوْنَ أَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. النور : 22.
Artinya :
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin Allah akan mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS. An-Nur : 22)

Dalil syar’i tentang memberikan sedekah antara lain :
  تَصَدَّقُوْا وَلَوْ بِتَمْرَةٍ. رواه ابن المبارك
Artinya :
“Bersedakahlah kamu, meskipun hanya berupa sebutir kurma” (HR. Ibnu Mubarak).

Itulah, sedikit dari beberapa pemaparan tentang tradisi kupatan, dimana tradisi kupatan itu tidak bisa dengan begitu saja disebut sebagai bid’ah atau tambahan dalam beribadah, melainkan tradisi kupatan adalah budaya lokal dimana budaya tersebut memiliki keterkaitan dengan syari’at Islam dan karena itulah kupatan tidak bisa dihukumi sebagai penyimpangan, apalagi dihukumi sebagai tindakan dlalalah (sesat).






 
 
 
 
 
 
 
Ditulis pada Sabtu 7 Syawal 1433 H / 25 Agustus 2012
Bagi yang menjalankan riyoyo kupat ataupun tidak, alangkah lebih baik bila kita saling menghargai dan menghormati antar sesama. Zaynunaddin.blogspot.com mengucapkan, Taqobalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433H Mohon Maaf Lahir dan Batin.