Sederhana; Bukan Miskin Tapi Kaya. Kesederhanaan bukan berarti miskin, pelit atau bahkan menyiksa diri. Sebenarnya kesederhanaan ini muncul dari adanya pribadi yang kaya hati, kuat mengendalikan diri serta sikap peduli terhadap sesama. Orang yang terbiasa hidup sederhana akan lebih jernih melihat dan membaca dunia sekitar, dengan hati bening tanpa terhalang aksesoris berujung pujian. Kesederhanaan akan lebih menguatkan kepribadiannya.
Suatu bangsa akan bangkit dan maju jika pemerintah dan masyarakatnya memiliki keberanian untuk hidup sederhana, kemudian diikat dengan tali semangat dan cita-cita untuk membangun sebuah kebanggaan sebagai sebuah bangsa dan negara yang sederhana hidupnya akan tetapi begitu kaya dengan imajinasi, cita-cita dan adanya kecintaan alturistik, yakni perasaan bahagia dan bermakna hidupnya, dengan cara banyak memberi bukannya meminta atau mengambil belas kasih, bangsa yang produktif bukannya hanya konsumtif, berbakat bukannya plagiat.
Banyak tokoh besar dunia sang revolusioner dan pembangun peradaban besar pada umumnya hidup secara sederhana, yang kaya, yang melimpah dan yang besar adalah jiwanya, menjulang tinggi cita-citanya dan nalar kreatifnya. Dalam kehidupan begitu sederhana, sampai-sampai soal makan, pakaian dan tempat tinggal pun dipikirkan sebatas menjaga kesehatannya dan keamanan diri untuk terus berkarya.
Pada konteks nasional, dalam sebuah pemerintahan seringkali terlihat dimata bahwa para politisi juga pejabat tinggi yang terjerumus dan terjebak dalam alam pikir dan gaya hidup yang dangkal. Begitu sering menempatkan gaya hidup konsumtif dan kekayaan materi, sampai-sampai harus korupsi. Tentunya ini merupakan awal terjadinya kebobrokan dan kehancuran harkat martabat suatu negara, bangsa, masyarakat dan pribadinya sendiri.
Jika mengingat apa yang pernah dicontohkan oleh mantan presiden RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dimana beliau mengajarkan kepada bangsa ini untuk mendahulukan substansinya, tidak mendahulukan kemasan luarnya saja. Meskipun banyak yang tidak memahami dan berujung pada kontroversial, namun pada hakikatnya itu pun adalah pelajaran tentang kesederhanaan.
Seseorang yang begitu mementingkan kemasan luar, itu pertanda jika seseorang tersebut tengah mengalami krisis kepercayaan diri. Bisa jadi seseorang kekayaannya melimpah, namun tidak membuatnya silau dan menjadi tawanan dari kekayaannya. Harta adalah instrumen atau pelayan yang semestinya mengabdi pada pemiliknya, jangan sampai terbalik.
Ada pendapat mengatakan, di mana masyarakat saat ini sudah termanjakan dengan gaya hidup konsumtif, dengan biaya yang mahal. Pangsa yang sangat subur bagi produk-produk mutakhir adalah julukan masyarakat saat ini. Namun ketika semua itu mulai terkikis sirna, berbagai keluh kesah selalu bermunculan. Itu akibat keterbiasaan dengan hidup dimanjakan oleh berbagai fasilitas dan gaya hidup yang mewah. Al hasil semakin miskin kepercayaan diri, semakin miskin mental atau tidak cukup kuat menghadapi kerasnya kehidupan.
Itulah cerminan yang perlu kita cari kebenarannya. Jangan sekali-kali percaya sebelum membuktikan sendiri kebenarannya. Seseorang yang kaya itu bukan berarti memiliki segalanya, akan tetapi orang yang kaya itu adalah orang yang pikiran dan sikap hidupnya merasa cukup, menjadikan kesederhanaan sebagai konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga terbentuk menjadi sebuah jati diri.
Wah bagua sekali penerahannya nih. n sy setuju 100 % bahwa sederhana bukan bukan identik dg miskin
ReplyDelete