Dada akan terasa longgar bila tanpa penyangga. Dada
ini juga akan terasa terhimpit bila tulang yang ada tidak mampu menopang desah
nafas. Itulah dia tulang rusuk, dimana tulang rusuk suami adalah terletak pada
istri, sedangkan istri adalah sebagai penopang kehidupan suami. Tidak harus
dengan amarah jika rusuk itu kemudian sulit untuk diluruskan, dan tidak harus
salah jika sang suami tak jua segera meluruskan. Dari semua itu yang dibutuhkan
adalah adanya pengertian, ketabahan, kesabaran dan adanya saling memberi waktu
untuk mengerti. Dan itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri.
Karena Engkaulah Tulang Rusukku
Sebuah senja yang sempurna dimadu berterbangannya
burung dara di sela-sela kota, sebuah persinggahan dengan lagu cinta yang
lembut, akankah ada hal yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang
memadu kasih? Kaka dan Maya yang sedang duduk di punggung senja itu, berpotong
percakapan, beratus tawa dan cinta, kemudian Maya pun memulai meminta sebuah
kepastian kepada Kaka. Tentang apa? Yang
jelas tentang cinta.
Maya : “Siapa
di dunia ini yang paling kamu cintai?”, tanya Maya kepada Kaka.
Kaka :
Santai dengan nada serius Kaka menjawab, “Kamu dong...”.
Maya : “Menurutmu,
Aku ini siapa?”
Kaka : Menghembuskan
nafas dengan perlahan, sejenak berfikir dan menatap Maya dengan pasti, seraya
berkata, “Kamu tulang rusukku. Pernah tertuliskan, bahwa Tuhan melihat Adam
kesepian. Dikala Adam tertidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan diciptakannya
Hawa. Semua Pria akan mencari tulang rusuknya yang hilang dan disaat menemukan
wanita untuknya, tidak akan lagi merasakan sakit di hati”.
Setelah keduanya menikah, Kaka dan Maya mendapati
masa yang begitu indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan tersebut
mulailah tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan timbulnya kepenatan hidup
yang kian mendera. Itu semua merupakan hal yang pasti ada dalam hidup ini,
wajar terjadi dan tinggal bagaimana manusia itu menyikapi. Hidup mereka mulai
menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka berdua mulai
menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Bertengkar dan pertengkaran mulai
ada diantara mereka, panas dan semakin memanas, kejam dan semakin kejam hidup
ini. Pada suatu hari, diakhir sebuah pertengkaran diantara mereka, Maya berlari
ke luar rumah dan disaat tiba di seberang jalan, Maya berteriak, “Kamu sudah
tidak cinta lagi sama aku!...”.
Kaka sangat membenci ketidakdewasaan Maya dan secara
spontan balik Kaka berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata
bukanlah tulang rusukku!”. Mendengarkan kata-lata itu, tiba-tiba Maya menjadi
terdiam berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya mulai basah dan bercucuran
air mata. Ia menatap Kaka, seakan tidak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Kaka menyesal akan apa yang telah dia ucapkan. Namun
seperti air yang telah tumpah, ucapan tersebut tersebut tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan
berlinang air mata, Maya kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya,
bertekad untuk berpisah, seraya berkata, “kalau aku memang bukan tulang
rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati
masing-masing”.
Empat tahun telah berlalu. Kaka tidak menikah lagi,
namun selama itu dia berusaha mencari tahu akan keberadaan dan kehidupan Maya. Maya
pernah ke luar negeri, menikah dengan orang lain, bercerai dan kini kembali ke
kota semula. Dan Kaka yang mengetahui semua informasi tentang Maya, merasa
kecewa, karena dia tidak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Maya tidak
menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, disaat Kaka meminum secangkir kopinya,
ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup untuk mengakui
bahwa dia sangat merindukan Maya.
Suatu hari mereka akhirnya kembali bertemu, di
sebuah bandara, di tempat ketika banyaknya terjadi antara pertemuan dan
perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak mau saling lepas.
Kaka : “Apa
kabar?”, sapa Kaka kepada Maya.
Maya : “Baik,,,,,
hmm,,, apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?”
Kaka : “Belum”
Maya : “Aku
mau pergi ke Amerika dengan penerbangan sebentar lagi”
Kaka : “Aku
akan kembali 2 minggu lagi. Telepon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor
telepon ku kan, dan aku juga tau nomor teleponmu, belum ada yang berubah, dan
tidak akan ada yang berubah”.
Maya : Dengan
tersenyum manis lalu berlalu, “Good bye,,,,Kaka”.
Satu minggu kemudian setelah pertemuan mereka, Kaka
sedang berada di sebuah malam yang sunyi kembali, dan malam itu sekali lagi,
Kaka meneguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya Kaka
sadar bahwa sakit di dadanya itu adalah karena Maya, dan dia sadar Maya adalah
cinta sejatinya, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodahnya dia
patahkan.
Keesokan harinya Kaka berkemas bertekad ke Amerika
untuk menyusul dan mencari keberadaan Maya yang telah ia sadari bahwa Maya lah
tulang rusuknya. Hari telah berlalu, siang berganti malam, malam berganti pagi,
beribu jalan dilewati, ditengah-tengah kota di negeri orang, namun tidak
ditemuinya Maya. Berusaha kembali Kaka menghubungi Maya, namun nomor teleponnya
tidak dapat dihubungi. Tanpa putus asa Kaka terus mencari, sampai akhirnya
ditengah pekatnya malam terlihat olehnya sosok wanita yang sedang berjalan
bersayak-sayak dan hampir pingsan ditepi jalan, berlari dan segera dia temui
berniatkan untuk menolong, ternyata wanita itu adalah Maya.
Kaka : “Maya,,
Maya,,Maya,,, ”, usaha Kaka untuk menyadarkannya.
Maya : Dengan
nada tidak sadar, “Antarkan aku pulang,,,, antarkan aku pulang,,,”,
berulang-ulang Maya mengatakan yang sama, dengan memegangi kepalanya.
Dibawalah Maya kesebuah tempat penginapan oleh Kaka.
Maya tertidur pulas dan duduk terdiam Kaka di sebuah kursi dekat tempat tidur,
sambil menunggu Maya benar sadar. Sampai akhirnya mentari pun tiba, bangunlah
Maya dan dilihat pertama kali oleh matanya adalah si Kaka yang sedang tertidur
di sebuah kursi. Segera dia membangunkannya.
Maya : “Kaka,,,Kaka,,,Bangunlah!!,,
Bangunlah Kaka!!!”
Kaka : “Oh,
Maya, kau sudah bangun”
Maya : “Kenapa
kamu bisa ada di sini? ”
Kaka :
Dengan serius dipeganglah tangan Maya dan dia berkata, “Aku di sini untuk
mencarimu, aku di sini untuk mencari tulang rusukku, aku di sini untuk mengajakmu
kembali Maya, kembalilah!! Aku ingin kau kembali, karena engkaulah tulang
rusukku,,,,”.
Maya :
melepaskan tangannya dari genggaman Kaka, “Tidak,, tidak Kaka,, pulanglah
kamu!!! Aku wanita yang tidak pantas untukmu, aku tidak pantas bersanding denganmu”,
dengan meneteskan air mata dan menegaskan kembali, “Pulanglah Kaka!!! Aku wanita
yang kotor,, engkau pulanglah!!”
Kaka : “Aku
tau, dan aku menyadari,, namun yang lebih aku sadari adalah karena engkau tulang rusukku, engkau cinta sejatiku, aku
merasa sakit bila tanpamu,,,apapun itu, dan siapa kamu? Kamu tetaplah tulang
rusukku,, masih ingatkah apa yang kau tanyakan dulu?”
Berterbangan malaikat menjadi saksi, tangis, buaian
mesra dan penuh cinta mengingatkan mereka berdua disaat berada dipunggung senja
yang penuh tawa dan penuh cinta. Akhirnya Kaka pun telah menemukan tulang
rusuknya kembali. Mereka berdua pulang ke kota semula, dan mereka bertekad
untuk kembali memulai paduan cinta diantara mereka. Damai dan bahagia yang
mereka inginkan.
The End.
Catatan: “Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada
orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali fatal, namun disemua
itu kan ada hikmahnya, pelajarilah, dan berikanlah waktu untuk cinta ”
Untukmu di sana,
ketahuilah akan kesalahanku, dan ketahuilah pula aku sungguh mencintaimu dan
menyayangimu, karena aku yakin, engkaulah tulang rusukku.
0 komentar:
Post a Comment