motivator |
Tahukah kawan kalau
ternyata cinta persis seperti Hukum ke-3 Newton, yaitu Hukum
Aksi-Reaksi. Didahului dengan aksi lalu menghasilkan sebuah reaksi.
Bukan bermaksud positivistik terhadap rasa cinta itu sendiri. Bahkan
saya mengartikan cinta secara lebih universal disini, bukan sebatas
cinta antara dua insan saja ( sejenis ataupun berlainan jenis, hehehe).
Sebesar apakah anda
berharap untuk mendapatkan cinta dari orang-orang di sekeliling anda?
baik itu pasangan anda, keluarga, bahkan masyarakat di lingkungan anda.
Sewajarnya anda harus menunjukan dahulu sebesar apa kecintaan anda
terhadap mereka semua, sebesar apa usaha dan pengorbanan yang telah anda
berikan kepada mereka sampai terciptanya perubahan yang benar-benar
kita inginkan bersama.
Dan hasilnya, sejarah
mencatat dengan tinta emas nama-nama mereka yang dengan perjuangan
mereka dan tentunya kecintaan mereka yang besar terhadap sesama manusia
sehingga tercapainya sebuah perubahan yang dinantikan. Dan sejarah juga
mebuktikan bagaimana orang-orang tetap mengenang para pahlawan tersebut
sampai sekarang.
Saya teringat dengan
almarhum Abdurahman Wahid atau yang kita kenal dengan julukan Gus Dur.
Semasa hidupnya beliau sangat menghormati perbedaan dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan beliau tidak segan-segan untuk
menghapus beberapa peraturan yang menginjak-nginjak nilai kemanusian,
walaupun sangat kontroversial di zamannya. Tentu ini merupakan angin
segar bagi kalangan minoritas yang selama ini terkekang dan tertindas.
Mereka adalah golongan keturunan Tionghoa, penduduk Papua dan keluarga
korban pembantaian 65. Tentu kita bisa menilai dan mengukur seberapa
besar kecintaan beliau terhadap bangsa ini.
Setelah Gus Dur
meninggal, kita bisa melihat bagaimana bangsa ini memberikan
penghormatan yang sangat besar bagi almarhum Gus Dur. Bahkan tidak
diperlukan waktu yang lama untuk sebagian masyarakat yang ingin
mengajukan Gus Dur sebagai pahlawan Nasional. Masyarakat di Papua bahkan
mengelari mantan Presiden Ke-4 ini dengan sebutan “Bapak Perdamaian
Papua”. Dan kita juga menyaksikan beberapa aksi lintas agama untuk
mendoakan keselamatan arwah Gus Dur.
Dan bagaimana dengan
mereka yang bersebrangan? yang menggunakan kekuasaan dan kekuatannya
untuk kepentingan dirinya sendiri ataupun golongannya. Mengacuhkan
keberadaan yang lainnya dan menindas mereka yang lemah, menistakan
kemanusiaan itu sendiri.
Sejarah juga mencatat
mereka dengan catatan kelam, sebuah tragedi kemanusiaan. Para arsitek
dan pelaksana pembantaian di negeri ini mungkin bisa dimaafkan oleh
sebagian orang. Tapi masyarakat tetap tidak akan pernah memilih untuk
melupakan ini semua. Seakan-akan kebencian ini tidak akan pernah bisa
hilang. Sang penebar kebencian pada akhirnya harus menerima kebencian
yang sama dari masyarakatnya.
Kata orang bijak “Hidup
Manusia harus ada CINTA dan PERJUANGAN agar seimbang, CINTA tanpa
PERJUANGAN akan menjadikannya MELANKONIS dan gampang PATAH HATI &
PUTUS ASA, sedangkan PERJUANGAN tanpa CINTA akan menjadikannya ANARKIS,
BRUTAL dan TERORIS“
Sebesar apakah cinta
yang kau harapkan dari bangsa ini, dari negeri ini? Masihkah kita ingin
melihat Indonesia dengan wajahnya yang makmur? Gemah ripah loh jenawi kata orang jawa. Ataukah tetap pasrah menerima nasib kita sekarang sebagai bangsa yang masih buram dalam menatap masa depan.
Dan bagaimana dengan
kita? Masihkan kita mencintai negeri ini. Apakah negeri ini sesuai
dengan yang kita harapkan kawan? Kalau belum, bersediakah anda untuk
berjuang untuk perubahan. Karena hanyalah perjuangan yang dapat
menyambungkan antara harapan dengan kenyataan. Sebagai penutup, ingatlah
kawan bahwa cinta yang kita terima akan sebanding dengan cinta yang telah kita curahkan.
sumber:
keinginan pribadi,
gus dur (inspirator&motivator)
https://www.google.co.id/
0 komentar:
Post a Comment